Kisah Nabi Muhammad Wafat – dari Hadits Shahih Bukhari

nabi muhammad wafatBanyak artikel tentang Nabi Muhammad wafat tapi tidak meyakinkan karena tidak disertai dalil yang kuat. Isya Allah kisah tentang Nabi Muhammad wafat yang anda baca ini dapat dijadikan rujukan karena bersumber dari hadits shahih Bukhari (lihat catatan kaki).

Artikel tentang kisah Nabi Muhammad wafat ini ditulis oleh Prof. Dr. Akram Dliyaa’ Al-’Umariy, dalam bukunya As-Siirah An-Nabawiyyah Ash-Shahiihah yang diterbitkan oleh Maktabah Al-’Ulum wal-Hikam, Cet. 6/1415, Madinah Munawarah yang termuat dalam www.abul-jauzaa.blogspot.com dalam artikel tentang wafatnya nabi

Menjelang Nabi Muhammad wafat

Sekitar 3 bulan setelah kembali dari haji wada, Nabi Muhammad saw menderita sakit yang cukup serius.[1] Beliau kali pertama mengeluh tentang sakitnya saat di rumah Ummul Mukminin Maimunah [2]. Beliau sakit selama 10 hari,[3] kemudian akhirnya wafat di hari Senin 12 Rabiul Awwal[4] dalam umur 63 tahun.[5]

Dan telah shahih (satu riwayat yang mengemukakan) bahwa sakitnya telah dirasakan sejak tahun ke-7 pasca penaklukan Khaibar, yaitu setelah beliau mencicipi sepotong daging panggang yang telah diberi racun dan disuguhkan oleh istri Sallaam bin Masykam Al-Yahudiyyah. Meski beliau telah memuntahkan dan tidak sampai menelan, tapi pengaruh racunnya ettap tersisa.[6]

Beliau, Nabi Muhammad saw meminta izin pada para istrinya agar dirawat di rumah Aisyah.[7] Ia (Aisyah) mengusap-usapkankan badan Nabi Muhammad saw sambil membaca surat Al-Mu’awwidzatain (Surat Al-Falaq dan An-Naas).[8]

Ketika beliau dalam keadaan kritis, berkatalah pada para shahabat :

”Kemarilah, aku ingin menulis untuk kalian yang dengan itu kalian tidak akan tersesat setelahnya”.

Terjadi perbedaan di antara mereka. Sebagian bermaksud memberikan alat-alat tulis sebagian lainnya tidak setuju, khawatir justru akan memberatkan beliau. Belakangan telah jelas bahwa perintah menghadirkan alat tulis itu tidak merupakan hal yang wajib, tapi sebuah pilihan saja. Saat mendengar Umar bin Khaththab mengatakan: ”Kami telah cukup dengan Kitabullah”; maka beliau tidak mengulangi permintaannya itu.

Andai itu adalah kewajiban, pasti beliau akan menyampaikannya dalam bentuk pesan. Sebagaimana waktu itu beliau pesan langsung pada mereka supaya mengeluarkan orang-orang musyrik dari Jazirah Arab dan supya memuliakan rombongan delegasi yang datang ke kota Madinah.[9]

Sebuah riwayat yang shahih memaparkan bahwa alat tulis itu dimintanya pada hari Kamis, 4 hari menjelang Nabi Muhammad wafat. Andaikan permintaan itu wajib, maka beliau tidak akan meninggalkannya karena ada perselisihan para shahabat pada waktu waktu itu. Beliau tidaklah mungkin meninggalkan tabligh (atas risalah) walaupun ada yang menyelisihi. Telah menjadi kebiasaan, shahabat-sahabat nabi mengkonfirmasi beliau dalam beberapa perkara yang ada perintah secara pasti.

Nabi Muhammad saw memanggil Fathimah lalu berbisik, kemudian Fathimah menangis. Nabi memanggilnya kembali dan berbisik kemudian Fathimah tersenyum. Setelah Nabi Muhammad wafat, Fathimah memaparkan bahwa ia menangis sebab diberitahu bahwa beliau akan wafat, dan tersenyum sebab menerima bisikan bahwa dirinyua adalah anggota keluarga pertama yang akan menyusul beliau.[10] Dan salah satu tanda dari tanda-tanda nubuwwah itu akhirnya terbukti.

Menjelang Nabi Muhammad wafat, sakit yang beliau derita semakin parah hingga beliau tidak sanggup keluar untuk shalat berjamaah di masjid beserta shahabat-sahabatnya. Beliau bersabda: ”Suruhlah Abu Bakar supaya shalat mengimami manusia”.

Aisyah berusaha agar beliau saw menunjuk orang lain saja karena khawatir orang-orang akan berprasangka yang bukan-bukan kepada ayahnya (Abu Bakar). Aisyah kemudian berkata : ”Sungguh Abu Bakar itu adalah seorang lelaki yang lemah fisiknya, suaranya pelan, gampang menangis saat membaca Al Quran”.[11]

Namun Rasulullah tetap bersikeras atas perintah itu. Akhirnya Abu Bakar menjadi imam shalat berjamaah di masjid bagi para shahabat.[12] Pada satu hari, Nabi keluar dengan dipapah oleh Ibnu Abbas dan Ali untuk shalat berjamaah, kemudian beliau berkhutbah. Beliau memberi pujian dan menjelaskan kelebihan Abu Bakar dalam khutbahnya itu dimana ia (Abu Bakar) disuruh pilih oleh Allah antara dunia dan kahirat, tapi Abu Bakar memilih akhirat.[13]

Khutbah yang disampaikan itu adalah 5 hari menjelang Nabi Muhammad wafat. Beliau bersabda di dalamnya:

”Sungguh ada seorang hamba yang ditawari dunia dan perhiasannya, namun justru ia memilih akhirat”.

Abu Bakar memahami bahwa maksudnya itu adalah dirinya. Dia pun menangis. Melihat hal tersebut, orang-orang heran sebab tidak mengerti apa yang dirasakan Abu Bakr.[14]

Rasulullah saw membuka tabir kamar Aisyah saat shalat Shubuh, hari dimana Nabi Muhammad wafat, kemudian beliau memandang para shahabat yang sedang berada dalam shaf-shaf shalat berjamaah. Beliau tersenyum dan tertawa kecil seakan berpamitan pada mereka. Para shahabat amat gembira dengan keluarnya beliau itu. Abu Bakar pun mundur karena mengira Rasulullah saw ingin shalat berjamaah bersama mereka. Namun beliau memberikan isyarat kepada mereka dengan tangannya agar menyelesaikan shalat mereka. Beliau kemudian kembali masuk kamar sambil menutup tabir.

Fathimah masuk menemui beliau dan berkata : ”Alangkah berat penderitaan ayah”. Maka beliau menjawab:

”Setelah hari ini, tidak akan ada lagi penderitaan”.[15]

Ternyata itulah hari Nabi Muhammad wafat. Usamah bin Zaid masuk, dan beliau memanggilnya dengan isyarat. Beliau sudah tidak sanggup lagi berbicara dikarenakan sakitnya yang semakin berat.[16]

Saat menjelang Nabi Muhammad wafat, beliau bersandar di dada Aisyah. Aisyah mengambil siwak pemberian saudaranya bernama Abdurrahman. Ia gigit siwak itu lalu memberikannya kepada Nabi. Beliau pun lalu bersiwak dengannya.[17]

Rasulullah saw lalu memasukkan tangannya ke dalam bejana yang berisi air dan membasuh mukanya. Beliau bersabda : ”Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Sesungguhnya pada setiap kematian itu ada saat-saat sekarat”.[18]

Dan Aisyah secara samar-samar masih mendengar beliau bersabda: ”Bersama orang-orang yang dikaruniai nikmat oleh Allah”.[19] Lalu beliau berdoa : ”Ya Allah, pertemukan aku dengan Ar-Rafiiqul-A’laa (Allah)”.

Aisyah tahu bahwa beliau waktu itu disuruh memilih, dan beliau pun memilih Ar-Rafiiqul-A’laa (Allah).[20]

Akhirnya Nabi Muhammad wafat pun tiba di hari itu. Beliau wafat pada waktu Dhuha – ada yang mengatakan pada waktu tergelincirnya matahari – sedangkan kepala beliau di pangkuan Aisyah.

Abu Bakar segera masuk, saat Nabi Muhammad wafat ia tidak berada di tempat. Ia membuka penutup wajah beliau, lalu menutupnya kembali dan menciumnya. Ia pun keluar menemui orang-orang. Saat itu, orang-orang dalam keadaan percaya dan tidak percaya atas Nabi Muhammad wafat. Umar termasuk orang yang tidak percaya atas berita Nabi Muhammad wafat. Orang-orang pun kemudian berkumpul menemui Abu Bakar.

Abu Bakar berkata:

”Amma ba’du, barangsiapa di antara kalian yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad saat ini telah mati. Dan barangsiapa di antara kalian yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Allah telah berfirman : ”Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Aali ’Imraan : 144)”.

Mendengar itu, kemudian para shahabat merasa tenang. Sementara itu, Umar duduk di tanah tidak sanggup berdiri. Seakan-akan mereka belum pernah mendengar ayat tersebut melainkan pada saat itu saja.[21]

Fathimah berkata:

”Wahai ayah, Rabb telah memenuhi doamu
Wahai ayah, surga Firdaus tempat kembalimu
Wahai ayah, pada Jibril kami kabarkan atas kewafatanmu”.[22]
Semoga Allah melimpahkan shalawat, salam, barakah, dan nikmat kepada Nabi-Nya, keluarganya, dan para shahabatnya. Dan akhir doa kami adalah alhamdulillaahi rabbil-’aalamiin.

Promutu.com Tentang Nabi Muhammad Wafat

CATATAN KAKI
[5,6,7,8,910,13,15,17,18,19,20,21,22] Shahih Bukhari (Fathul-Baariy)

[1] Ibnu Katsir berkata bahwa Nabi Muhammad wafat adalah 81 hari setelah hari haji akbar [Al-Bidaayah wan-Nihaayah, 5/101].

[2] Ibnu Hajar berkata bahwa itu merupakan pendapat yang mu’tamad. Beberapa riwayat lain menyatakan bahwa beliau pertama kali mengeluhkan sakitnya di rumah Zainab binti Jahsy atau Raihaanah [Fathul-Baariy, 8/129].

[3] Sulaiman At-Taimiy memastikan pendapat ini. Riwayat ini dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dengan sanad shahih. Menurut pendapat kebanyakan ulama, menjelang Nabi Muhammad wafat, beliau sakit selama 13 hari [Fathul-Baariy]

[4] Al-Haafidh berpegang pada pendapat Abu Mikhnaf bahwa Nabi Muhammad wafat tanggal 2 Rabiul Awwal. Tambahan angka 1 (menjadi 12) adalah kesalahan [Fathul-Baariy, 8/130].

[11] Siirah Ibni Hisyaam, 4/330 dengan sanad shahih; dan Al-Bidaayah wan-Nihaayah oleh Ibnu Katsir, 5/233.

[12] Al-Bidaayah wan-Nihaayah oleh Ibnu Katsir, 5/232-233.

[14] Musnad Ahmad (Fathur-Rabbaaniy, 21/222 berikut catatan pinggir/hasyiyah no. 3); dan Tirkatun-Nabiy (?.?.?) dengan sanad dimana rijalnya adalah tsiqah, namun mursal.

[16] Sirah Ibni Hisyaam, 4/329 dengan sanad shahih.

Baca juga: Maulid Nabi Muhammad (Kelahiran Nabi Muhammad)

Kumpulan hadits shahih Bukhari tentang Kisah Nabi Muhammad wafat ini dikutip dari kitab: As-Siirah An-Nabawiyyah Ash-Shahiihah oleh Prof. Dr. Akram Dliyaa’ Al-’Umariy, Maktabah Al-’Ulum wal-Hikam, Cet. 6/1415, Madinah Munawarah yang termuat dalam abul-jauzaa.blogspot.com

Silakan share…
error: Content is protected !!